Senin, 03 November 2008

pemuda masa kini

pgrinews>Dilengkapi Pidato Asli Bung Tomo, Disisipi Dialek Suroboyoan
Memperkenalkan sejarah tak hanya melulu lewat buku atau museum. Tiga pria asal Surabaya ini mereka ulang kisah
heroik perang 10 Nopember 1945 melalui modifikasi game perang (war game). Perburuan data menjadi bagian tersulit.
IGNA ARDIANI A.
DICKY Octavira, 37, sudah lama mengintimi Close Combat. Kalau sudah memainkan game perang itu di komputer, staf
IT Radio Star FM tersebut sering lupa waktu. “Saya seperti kecanduan game itu. Saya sangat menyukai game bersetting
perang di Eropa,” ujar pria berkulit putih itu.
Close Combat merupakan jenis Real Time War Game, sebuah game simulasi perang berdurasi 15-30 menit.
Penggemarnya mayoritas berusia 30 hingga 50 tahun yang menyukai atmosfer militer. “Software game itu dipakai
beneran oleh marinir AS dan Angkatan Laut Inggris,” ujar Dicky ketika ditemui di sebuah kafe di pusat kota, Senin lalu.
Dia menjelaskan, Close Combat sedikit berbeda dari game RTS (real time strategy) umumnya. Sebab, untuk
memainkannya, gamers tak harus menyusun markas atau benteng lebih dulu, tapi langsung menentukan lokasi
peperangan, memilih pasukan, dan bertempur melawan tentara musuh.
Versi orisinal game itu mulai masuk ke Indonesia sekitar 2001. Game tersebut berlatar belakang Perang Dunia II yang
mengisahkan pendaratan tentara sekutu di Prancis untuk melawan tentara Jerman.
Setahun berselang, Dicky mulai melihat banyak komunitas yang memodifikasi game tersebut. “Mereka mengubah
lokasi peperangannya,” katanya.
Tidak lagi di Prancis, tapi bisa di Uni Soviet, Afrika, atau negara lain sesuai keinginan si gamer. Karena lokasi
berpindah, otomatis tentara yang berperang ikut diubah. Jika lokasi yang dipilih adalah Uni Soviet, yang berperang tentu
tentara Rusia dan Amerika. “Bukan lagi sekutu melawan Jerman,” ujarnya.
Melihat tren itu, muncul ide di kepala Dicky untuk membuat game dengan setting perang kemerdekaan di Indonesia. Dia
memilih perang 10 Nopember 1945 di Surabaya. “Kedahsyatan perang itu bisa dibilang sudah melegenda. Gelegarnya
pun tak kalah dari perang-perang besar di Eropa. Seru juga jika dibuat versi game-nya,” ungkapnya.
Lewat game tersebut, Dicky juga berharap generasi muda masa kini mengenal siapa saja pahlawan yang berjasa
dalam perang tersebut.

Tidak ada komentar: